KITASIAR.com – Dirut RSUD M. Zein Painan, Harefa menyebut pengembangan rumah sakit sulit dilakukan karena kondisi keuangan yang banyak terkuras oleh belanja rutin pengeluaran pembayaran gaji tenaga kerja.
Hingga kini, sebut dia total tenaga kerja yang terdiri dari honorer dan ASN sebanyak 750 orang. Dari total itu, paling banyak berstatus honorer yaitu 400 orang.
“Jadi ada kelebihan karyawan, akibatnya seluruh karyawan itu kan digaji, dari keuangan rumah sakit, BLUD. Nah, beban rutin untuk penggajian belanja itu mengakibatkan rumah sakit tidak bisa lagi menabung uang,” jelas Hareva, Selasa (7/6/2022) saat ditanya wartawan.
Sebagai Dirut RSUD M Zein Painan yang baru menggantikan Sutarman, disebutkan bahwa keberimbangan antara kepentingan memperjuangkan kesehatan dari segi sosial masyarakat dan finansial untuk menjalankan operasional rumah sakit sangat diperlukan.
Idealnya, rumah sakit sekelas RSUD M Zein Painan cukup membutuhkan 400 orang tenaga kerja sehingga tidak memperberat beban pengeluaran keuangan.
Meski tak mau menyebutkan berapa total uang yang dikeluarkan untuk pembayaran gaji atau belanja rutin terhadap 750 orang yang bekerja di rumah sakit tersebut, namun Hareva mengakui sebagian besar penghasilan harus keluar untuk membayar belanja rutin pegawai.
“Kalau kondisi keuangan sekarang normal saja. Cuma kita tidak bisa saving uang. Tidak bisa menabung dalam artian untuk pengembangan rumah sakit ini ke depan, ya sulit berkembang kalau bebannya berat seperti ini,” katanya lagi.
Untuk mengurangi beban atau kelebihan tenaga kerja di RSUD M Zein Painan, ke depan rencananya adalah dengan merelokasi tenaga honorer tersebut ke sejumlah Puskesmas yang tersebar di Pesisir Selatan.
Di samping itu, juga dapat dipindahkan ke RSUD Tapan dengan terlebih dahulu menganalisa kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan.
“Rencana ke depan, jumlah pegawai harus dirampingkan, bagaimana merampingkannya, bisa direlokasi. Misalnya kalau ada di puskesmas yang butuh ya dipindahkan ke puskesmas, atau rumah sakit tipe D di tapan, sebelumnya rumah sakit menganalisa kebutuhan tenaga itu berapa sebetulnya, kebutuhan perawat berapa, bidan berapa sampai seluruh tenaga penunjang apoteker,” tuturnya. (nik)