KITASIAR.com – Kuliner tradisional di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat sangat beragam. Kue olahan produk lokal tersebut bahkan banyak diwarisi oleh anggota keluarga yang dijual secara turun temurun.
Salah satu kuliner tradisional itu adalah Lampa Sagu. Kue tradisional ini, kini masih terus dilestarikan oleh Mardison dan Istrinya yang tinggal di Sungai Nipah, Kenagarian Painan Selatan, Kecamatan IV Jurai.
Meski penjual kue Lampa Sagu tidak banyak. Namun, Mardison mengaku pecinta kue yang berbahan dasar sagu dan pisang yang dicampur dengan manisan gula anau itu masih diminati banyak orang.
Menurutnya, Lampa Sagu memiliki pasar selera tersendiri. Bahkan pembelinya cendrung dari kalangan orangtua. Keterampilan membuat kue Lampa Sagu itu didapatkan dari orangtuanya.
Alhasil, sepasang suami-istri tersebut mewarisi keterampilan memproduksi kue Lampa Sagu secara turun-temurun dalam mendukung peningkatkan ekonomi keluarga.
“Kita jualannya setiap hari. Sejak pagi adukan kue sudah disiapkan dan dimasak di atas bara api,” katanya, Selasa (21/6/2022).
Membuat kue Lampa Sagu masih dengan cara tradisional. Buah pisang yang sudah masak dilumaskan bersama sagu. Kemudian, dibulatkan dan di bagian tengah bulatan kue diberi gula aren. Lalu, dibungkus dengan daun pisang.
Usai itu, kue Lampa Sagu dimasak di atas bara api yang sudah disiapkan. Menunggu masak untuk disantap juga tidak perlu menunggu waktu yang lama. Sekitar 15 menit Lampa Sagu sudah siap untuk dinikmati.
“Ya, Alhamdulillah setiap hari ada pembelinya. Lumayan, rata-rata 300 bungkus per hari. Harganya juga murah yakni Rp2 ribu per bungkus,” ujarnya.
Bagi yang ingin menikmati kue Lampa Sagu. Masyarakat dapat membelinya di Pondok Sungai Nipah, Jalan Lintas Nasional Painan- Bengkulu, Jalan Raya Sungai Nipah, Painan Selatan. (nik)