KITASIAR.com – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Selatan (Pessel) Salim Muhaimin mengungkapkan perlu upaya subsidi silang dari orangtua siswa untuk mendukung penyelenggaraan sekolah lebih baik.
Menurutnya, orangtua siswa yang tidak mampu dibantu melalui orangtua siswa mampu. Sehingga, rasa tanggung jawab dari tiap individu atau orang tua, lembaga dan sekolah dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan seutuhnya tercipta.
Hal ini disampaikan Salim di sela pembicaraan soal rencana bebas komite yang diupayakan pemerintah daerah melalui penyaluran dana hibah untuk tingkat SLTA pada 2022.
Ia mengatakan penerapan subsidi silang dari orangtua tergolong mampu itu sebetulnya bisa saja diaplikasikan. Beberapa sekolah di daerah lain kata dia bahkan sudah ada yang menerapkan itu.
“Sebetulnya, ini hanya tergantung komunikasi pihak sekolah saja dengan orangtua siswa. Jika, memang mampu kenapa tidak. Nah, bagi yang tidak mampu, itu kita subsidi,” terangnya saat diwawancara kitasiar.com, Senin (22/3/2022) di Painan.
Lebih jauh disampaikan bahwa yang menjadi persoalan sulitnya penerapan subsidi silang itu, dipicu oleh faktor ketidakcakapan komunikasi.
Pola komunikasi yang disampaikan kepada orangtua siswa dalam menarik minat untuk subsidi silang tersebut belum sepenuhnya terkuasai.
“Rasanya tidak adil juga kalau seluruh bantuan itu dibantu oleh Pemda. Anak orang mampu harus bayar, logikanya begitu. Subsidi silang itu bisa diterapkan, tergantung komunikasi sekolah dengan orangtua. Di daerah lain ada yang subsidi silang, cuma kadang-kadang cara dialog kita itu yang belum efektif,” katanya.
Pendidikan saat ini sebut salim harus open manajemen dan transparan.
“Tidak berarti telanjang bulat. tidak. Transparannya dalam hal teknis harus seperti itu. Supaya orangtua mengerti. Kalau sumbangsih orangtua siswa tidak bisa dengan berupa materi, masih ada partisipasi lain yang bisa dikomunikasikan. Misalnya, bisa bantu ngecat sekolah tanpa diupah. Nah itu sudah cukup berpartisipasi,” tuturnya.
Bentuk partisipasi yang dikalobarasikan dengan orantua siswa merupakan penanaman nilai tanggung jawab.
“Orangtua bertanggung jawab terhadap anaknya, pemerintah bertanggungjawab terhadap masyarakat, sekolah bertanggungjawab ke siswa. Ada semangat gotong royong,” sambungnya.
Ditanya soal subsidi silang bisa atau tidak diterapkan di sekolah Pessel, Salim menjawab akan membangunnya secara pelan-pelan.
Di beberapa kesempatan pertemuan dengan kepala sekolah, ia turut menyampaikan agar sekolah dapat berkolaborasi dengan lingkungan masyarakat.
Jelas dia, masyarakat jangan dianggap bagian lain dari sekolah, tetapi merupakan bagian lingkungan sekolah.
Kemudian, harapannya, pihak sekolah juga dapat berinteraksi dengan nagari, tokoh adat, masyarakat. Tujuannya, rencana-rencana yang dikemukakan dapat tersampaikan dengan komunikasi yang baik. (nik/ksr)