PESISIR SELATAN, KITASIAR.com- Ada banyak destinasi wisata tersebar unik dan menarik di Pesisir Selatan (Pessel) Sumatera Barat. Objek wisata yang ditawarkan tidak melulu dengan keindahan bahari.
Namun, ada juga tawaran wisata baru sambil mengedukasi pengunjung akan kecintaan alam dan menjaga lingkungan. Destinasi yang satu ini adalah Mangrove Park atau taman mangrove yang terletak di kawasan desa wisata Ampiang Parak Kecamatan Sutera.
Disana, wisatawan dapat berwisata mengunakan kano atau mengayuh perahu kecil untuk memutari taman mangrove yang kini tumbuh subur di kawasan danau.
Ribuan pohon mangrove tersebut ditanam berjejer rapi. Dalam kawasan danau yang dipenuhi mangrove banyak ikan sungai dan kepiting berkembang biak. Semua itu terjadi karena semakin banyaknya mangrove yang turut dilestarikan oleh pegiat wisata dan lingkungan di Nagari Ampiang Parak.
Untuk menaiki kano memutari Mangrove Park itu tidak perlu mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Paket yang disediakan cukup murah. Mulai dari paket individu, grup hingga paket full day.
“Untuk paket individu cukup Rp10 ribu per 30 menit. Namun, untuk grup hanya Rp45 ribu, dilengkapi jaket pelampung serta satu orang pemandu,” tulis Ketua Laskar Pemuda Peduli Lingkungan (LPPL) Ampiang Parak, Haridman, pada akun Facebook-nya sebagai upaya promosi wisata atraksi kano.
Jasman, salah seorang warga yang tergabung dalam kelompok sadar wisata LPPL Ampiang Parak menceritakan awal mulanya kawasan Ampiang Parak sangat tandus. Daerah kawasan pantai itu sering dilanda abrasi.
Namun, berkat tekad, semangat pemuda dan warga Ampiang Parak, ribuan pohon cemara laut ditanami bersama-sama di kawasan pantai. Lalu, sekitar 35 ribu mangrove juga ditanam disekitar kawasan danau.
Setelah lima tahun berlalu, kawasan Pasir Pantai Ampiang Parak sudah tidak tandus lagi. Jejeran pohon cemara laut sudah menjulang tinggi hingga 15 meter, dan begitupun dengan magrove, jumlahnya semakin banyak.
“Kini, pohon cemara tumbuh tinggi menghasilkan udara yang sejuk. Sementara, mangrove pun tumbuh subur menjalar di kawasan danau. Ada banyak ikan dan kepiting yang berkembang di dalamnya,” katanya.
Selain itu, di kawasan itu juga terdapat pelestarian penyu sebagai hewan yang dilindungi negara. Bahkan lewat semangat LPPL menjaga lingkungan dan pelestarian penyu, Pemerintah memberikan penghargaan.
“Alhamdulillah kini, tempat kami banyak dikunjungi orang. Dengan adanya mangrove park, pengunjung bisa berwisata sambil dapat ilmunya. Ada kano yang bisa dibawa untuk memutari kawasan mangrove park,” tuturnya.
Desa Wisata Mitigasi Bencana
Kasawan wisata Ampiang Parak juga telah ditetapkan sebagai desa wisata tangguh bencana. Hal ini juga seiring dengan upaya mitigasi bencana yang sudah sejak lama dilakukan kelompok masyarakat.
Menanami pohon cemara laut dan mangrove adalah bagian bentuk mitigasi bencana yang dilakukan LPPL Ampiang Parak. Disamping itu, di sekitar kawasan wisata juga terdapat pusat informasi dan jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana.
Pengunjung dengan mudah dapat mengikuti petunjuk arah atau jalur evakuasi dan jalan alternatif saat menyelamatkan diri jika terjadi bencana abrasi dan tsunami.
Dengan 20 standarisasi yang dimiliki, kawasan wisata Ampiang Parak pun sudah ditetapkan sebagai desa wisata tangguh bencana standar nasional.
Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pesisir Selatan, Suhendri mengatakan para kelompok sadar wisata perlu diberikan pemahaman dari dini terkait upaya mitigasi bencana di destinasi wisata. Hal itu tidak bakal terlepas dari upaya untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung.
Disisi lain, pihaknya juga mendorong agar setiap desa wisata di daerah berjuluk sejuta pesona tersebut terus berinovasi sesuai kearifan lokal. Menurutnya, pengembangan desa wisata bakal mampu mendongkrak ekonomi masyarakat lokal dengan tetap menciptakan layanan prima bagi pengunjung.
“Bagi seluruh palaku wisata, mari kita ciptakan rasa aman, nyaman dan berkesan kepada pengunjung yang datang,” katanya.
Kedepan, Suhendri berharap seluruh infrastruktur dasar di setiap desa wisata dapat terpenuhi. Hal ini juga dapat didukung melalui anggaran dana desa di tiap wilayah.
Setiap nagari diminta untuk menggali potensi wisata dan mendukung dengan anggaran dalam memenuhi kebutuhan infrastruktur dasar di kawasan wisata.