Harga Anjlok, Begini Keluhan Toke dan Petani Sawit di Pesisir Selatan

Tumpukan TBS Kelapa Sawit. (KITASIAR/Banta Fauzan)

KITASIAR.com – Para toke dan petani di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat, mengeluhkan rendahnya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit produksi kebun rakyat yang anjlok.

Harga sawit turun hingga Rp1.200 per kilogram dari pekan sebelumnya Rp2.700 per kilogram.

“Situasi ini sangat tidak menguntungkan, saya mengalami kerugian puluhan juta rupiah, karena saya membeli masih di harga Rp2.700 per kilonya pada hari minggu lalu, namun lantaran pabrik tutup sawit tidak dapat dijual ke pabrik, tau-taunya mendapat informasi bahwa harga turun sampai Rp1.200,” kata seorang toke kelapa sawit, Nasrih di Kecamatan Sutera, Selasa (26/4/2022).

Ia merasa bingung, saat kebutuhan cenderung naik di bulan Ramadan, sementara harga jual TBS malah anjlok.

Bacaan Lainnya

Ia memperkirakan harga saat ini akan terus anjlok hingga masuknya lebaran. Setelah itu, harga secara perlahan kembali naik, namun sedikit.

Menurutnya, hal ini terjadi hampir setiap tahun. Semakin tinggi kebutuhan jelang lebaran, harga TBS kelapa sawit malah semakin turun.

Ia mengatakan sepanjang 2021 hingga awal 2022 harga TBS kelapa sawit mulai membaik. Harga paling tinggi mencapai Rp2.800 per kilogram.

“Naiknya lambat, namun anjloknya cepat dan ini terjadi dari tahun ke tahun, kalau gini bisa panas dingin kita,” jelasnya.

Sementara itu, salah seorang petani kelapa sawit, Muis mengaku dengan harga saat ini, ia hanya mengantongi uang Rp2.400.000 per sekali panen dari produksi dua hektare lahan kelapa sawit miliknya.

“Hasil panen kebun saya hari ini sebanyak dua ton, dan per ton panen mesti mengeluarkan ongkos Rp300.000 yang mencakup biaya panen dan biaya angkut ke lokasi toke atau pembeli, biasanya dari hasil panen sawit ini bisa mendapatkan uang Rp4.800.000, namun kini hanya separuhnya,” jelasnya.

Untuk itu, para petani sangat mengharapkan peran pemerintah dalam menstabilkan harga sawit tersebut.

“Pabrik sawit sesuka hatinya menurunkan harga sawit, sementara produksi buah semakin berkurang lantaran bukan bibit unggul, kami sangat berharap pemerintah mengambil peran dalam menentukan harga sawit ini,” tutupnya. (zan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *