KITASIAR.com – Ada kuliner unik dan enak di Pesisir Selatan. Namanya Mangkuak Timpuruang. Kuliner tradisional ini ternyata terus dilestarikan oleh Berlian Permata Sari, 37 tahun warga Jalan Pemuda, Painan.
Dinamakan Mangkuak Timpuruang karena kue tersebut dimasak dengan cara dikukus menggunakan timpuruang atau batok kelapa.
Pedagang kuliner yang dibranding dengan nama Mangkuak Timpuruang Marlin itu mengakui bahwa kue-kue yang dijualnya rata-rata menggunakan media timpuruang.
“Jadi, ini kue merupakan kuliner tradisional yang sudah kita jual sejak dulu secara turun temurun. Kalau, saya dapat pengalamannya dari orang tua,” katanya, Minggu (5/6/2022).
Bahan dasar pembuatan kue Mangkuak Timpuruang berupa Tepung Beras dan Terigu. Lalu, menggunakan Tape, Santan dan Gula Aren.
“Kita tidak pakai pemanis buatan dan tanpa pengawet, jadi murni pakai Gula Aren,” sebut Marlin.
Menariknya, jika berbelanja kuliner tradisional yang bertempat di Bukit Lereng Carocok tersebut, pembeli bahkan dapat melihat langsung proses pembuatan kue.
Mulai dari proses pengadukan, hingga dikukus menggunakan media batok kelapa. Pembeli pun bisa menikmati cemilan tradisional tersebut dalam kondisi yang hangat.
Namun, bagi pembeli yang tidak sabaran menunggu, Marlin juga telah menyediakan sejumlah mangkuak pada meja dagang yang sebelumnya dikukus sejak pagi.
Harga kue Mangkuak Timpuruang cukup murah yakni Rp2 ribu. Bisa makan ditempat atau dibungkus dibawa pulang. Tak hanya kue mangkuak, minuman kopi yang Marli jual juga pakai media Timpuruang.
“Produk kuliner kita yang pakai media Timpuruang ini tidak hanya mangkuak. Tapi, ada juga kue Talam dan Putu Timpuruang, semuanya serba Rp2 ribu. Kecuali, Kopi Timpuruang, itu kita jual Rp5 ribu,” tuturnya.
Marlin bersyukur dengan adanya pondok kuliner di bukit lereng semakin menambah semangatnya dalam memproduksi kue-kue ala timpuruang.
Khusus kue mangkuak, rata-rata dalam satu hari menghabiskan 10 kilogram tepung.
“Alhamdulillah. Di rumah kita juga buka dapur mangkuak ini. Bahkan, pesanan untuk kegiatan rapat atau acara pertemuan di hotel juga sudah mulai dilirik,” ujarnya.
Lereng Bukit Carocok Pusat Oleh-Oleh Kuliner Tradisional
Berkumpulnya para pedagang kuliner tradisional di kawasan Bukit Lereng Carocok diiniasi oleh Kelompok Sadar Wisata setempat.
Pada kawasan lereng bukit yang sebelumnya tidak terkelola itu, kini sudah dimanfaatkan untuk menjual ragam kuliner tradisional.
Setiap pedagang yang berjualan di kawasan bukit lereng memiliki dagangan kue yang berbeda-beda.
Diantaranya, menjual lamang golek, lapek oncong-oncong, pulut panggang, mangkuak timpuruang, bubur, kampiun wajik, lopis, pangek ubi, serabi, talam, katan goreng pisang, lompong, dendeng ikan, serta menu sarapan pagi yaitu lontong pical.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Carocok Bukit Langkisau (CBL) Kenagarian Painan Selatan, Dena Sri Handayani mengatakan pemanfaatan lereng bukit yang dibentuk menjadi pusat oleh-oleh kuliner tradisional merupakan gagasan bersama dengan anggota Pokdarwis.
Itu juga bagian dari peningkatan warung promosi yang didukung melalui Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pesisir Selatan.
“Nah, setelah dipantau-pantau dan berdiskusi, timbulah ide dari kami untuk memanfaatkan lereng bukit untuk tempat mendirikan pondok kuliner,” ulasnya.
Dena menjelaskan pondok kuliner tersebut berbeda dengan kuliner yang lainnya. Di situ, adalah tempat atau atraksi pembuatan kuenya.
Sehingga dengan melihat langsung proses pembuatannya dapat menarik minat pengunjung untuk membeli. Selain itu, tema utama kue yang dijual adalah kuliner tradisional.
“Mangkuak Timpuruang misalnya. Itu menggambarkan bahwa kita pada zaman purba dulu, dan kini kembali dihadirkan dengan memodifikasi timpuruang yang digunakan sebagai media untuk kukus kue,” tuturnya. (niko)