Melalui Semangat Kerja Keras, Presiden Optimistis Berbagai Tantangan 2022 Bisa Dilalui

Presiden Joko Widodo meresmikan Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 yang digelar di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (3/1/2022). Foto/BPMI Setpres

KITASIAR.com – Presiden Joko Widodo optimistis bahwa berbagai tantangan di tahun 2022 bisa dilewati dengan baik melalui semangat kerja keras bersama semua pihak.

Tantangan-tantangan di sejumlah negara disinyalir bisa mengganggu aktivitas ekspor Indonesia di tahun 2022, seperti adanya varian Omicron, kenaikan inflasi, tapering off, hingga kelangkaan energi.

“Saya kira tantangan itulah yang akan kita hadapi dan saya meyakini dengan semangat kerja keras semua tantangan itu bisa kita lalui dengan baik,” kata Presiden dikutip Kitasiar.com melalui keterangan tertulisnya, Senin (3/1/2022).

Presiden menilai bahwa pemulihan ekonomi Indonesia cukup kuat yang bisa dilihat dari sejumlah angka indikator perekonomian. Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus USD34,4 miliar, dan selalu surplus selama 19 bulan. Angka ekspor secara tahun ke tahun atau year on year juga naik 49,7 persen. Impor bahan baku dan bahan penolong juga naik 52,6 persen.

Bacaan Lainnya

Menurutnya, ekspor bisa naik setinggi itu karena salah satunya dihentikannya ekspor raw material.

“Ekspor bahan mentah dari minerba kita yaitu nikel yang saya lihat biasanya hanya USD1 miliar sampai USD2 miliar, kemarin akhir tahun sudah hampir mencapai USD21 miliar, USD20,8 miliar, saya kira keberanian menyetop itu hasilnya kelihatan,” jelasnya.

Ke depan, Presiden akan melanjutkan dengan stop bauksit, stop tembaga, stop timah, dan yang lain-lainnya. Hilirisasi menjadi kunci dari kenaikan ekspor.

Selain itu, peringkat daya saing Indonesia atau competitiveness index juga mengalami kenaikan sebanyak tiga peringkat. Peringkat di sektor bisnis naik ke posisi 37 dan di digital bisnis naik ke posisi 53.

Sejumlah indikator lainnya seperti indikator konsumsi dan produksi juga terlihat menguat. Angka keyakinan konsumen yang pada Maret 2021 berada di posisi 113,8, pada November 2021 sudah berada di angka 118,5. Indeks belanja masyarakat atau spending index juga telah naik ke angka 120,5. Adapun purchasing manager index (PMI) manufaktur yang sebelum pandemi berada di angka 51, sekarang sudah berada di angka 53,9.

“Optimisme melihat angka-angka seperti ini harus kita tunjukkan. Kemudian konsumsi listrik tumbuh juga 14,5 dan 5,7, untuk industri 14,5, untuk bisnis 5,7. Angka-angka seperti ini harus kita lihat. Harian saya dapat angka-angka seperti ini,” imbuhnya.

Presiden juga bersyukur bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia pada 2021 juga mengalami kenaikan sebesar 10,1 persen. Angka tersebut lumayan tinggi jika dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga seperti Singapura di angka 9,8 persen, Malaysia minus 3,7 persen, dan Filipina minus 0,2 persen.

“Jumlah orang yang masuk ke bursa investor pasar modal ini juga naik sangat tinggi sekali. Di 2017, tadi disampaikan oleh Pak Ketua OJK 1,1 juta, hari ini mencapai 7,4 juta investor, utamanya investor-investor retail ini yang banyak dari anak-anak muda milenial, gen Z Semuanya masuk,” tuturnya.

Presiden berharap ini akan terus membesar dan akan memberikan dorongan kepada pertumbuhan ekonomi negara Indonesia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *