Kurikulum Prototipe Sebagai Opsi Dukung Pemulihan Pembelajaran

Dok. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

KITASIAR.com – Kondisi pendidikan di Indonesia pada masa pandemi mengharuskan adanya penyesuaian strategi untuk mengatasi kehilangan pembelajaran (learning loss).

Hasil evaluasi yang dilakukan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat lebih maju empat sampai lima bulan belajar daripada yang menggunakan Kurikulum 2013 secara penuh.

“Hasil ini menguatkan kami dalam merancang Kurikulum Prototipe agar lebih efektif,” kata Kepala BSKAP Kemendikbudristek Anindito Aditomo dikutip Kitasiar.com dalam keterangan tertulis, Kamis (23/12/2021).

Ke depan, Kemendikbudristek berencana akan memberikan opsi kebijakan kurikulum untuk pemulihan pembelajaran, salah satunya melalui Kurikulum Prototipe yang merupakan lanjutan dari Kurikulum Masa Khusus Pandemi Covid-19 atau Kurikulum Darurat.

Bacaan Lainnya

Namun, Anindito tetap mempersilakan sekolah untuk menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan sekolah.

“Kurikulum Prototipe sebagai tambahan aksi. Bagi satuan pendidikan yang tetap menerapkan Kurikulum 2013 apa adanya silakan. Sekolah yang sudah menggunakan Kurikulum Darurat juga silakan memilih, apakah akan tetap menerapkan Kurikulum Darurat atau Kurikulum Prototipe,” tutur Anindito.

Sebelumnya, Anindito menjelaskan bahwa indikasi kehilangan kemajuan belajar terlihat dalam riset BSKAP Kemendikbudristek yang menunjukkan learning loss literasi dan numerasi secara signifikan.

Untuk literasi, learning loss setara dengan enam bulan belajar. Sementara untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan lima bulan belajar.

Anindito menegaskan bahwa apapun opsi yang dipilih satuan pendidikan, diharapkan agar tetap mengacu pada standar nasional pendidikan.

Sementara itu, Wakil ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Hetifah Sjaifudian mengapresiasi rancangan Kurikulum Prototipe yang lebih menekankan pada kompetensi dan membutuhkan fleksibilitas guru dalam mengajar.

“Kalau perubahan itu membuat belajar lebih membahagiakan dan hasil belajar anak lebih baik, kenapa tidak?” tutur Hetifah.

Hetifah mengingatkan agar kemampuan siswa dalam hal memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi tidak boleh mengesampingkan nilai-nilai seperti kejujuran dan karakter.

Ia juga menegaskan pentingnya menjaring masukan dari para pemangku kepentingan sebelum Kurikulum Prototipe dilaksanakan secara penuh.

“Kita ingin ada uji konsep, uji publik yang masif, supaya ketika diimplementasikan dapat terlaksana dengan baik. Karena itu, kami perlu masukan dari Bapak/Ibu, bagaimana pelaksanaan di tahun mendatang dapat dilaksanakan dengan lancar,” ujar Hetifah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *