Budidaya Maggot untuk Pengolahan Sampah Organik dengan Potensi Ekonominya

Maggot BSF. (IST)

KITASIAR.com – Dalam upaya menambah informasi mengenai pengelolaan sampah organik, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solok mengikuti sosialisasi budidaya maggot yang diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Sumatera Barat di Grand Zuri Hotel Padang dari tanggal 29 sampai 30 Juni 2022.

Dari Kota Solok, kegiatan ini diikuti oleh Staf Bidang Bidang Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3), Joko Endar Prayogi dan Masria serta perwakilan dari masyarakat, Ukma Elsa Dias.

Pemerintah terus mengupayakan sosialisasi budidaya ulat maggot BSF (Black Soldier Fly). Hal ini tidak terlepas dari budidaya maggot yang berdampak positif untuk pengurangan jumlah sampah yang akan dipasok ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Selain itu hewan kecil ini juga bernilai ekonomi bagi masyarakat pemelihara. Maggot adalah belatung pemakan sampah, hewan yang biasa ditemui di tempat sampah itu berperan memusnahkan sampah organik.

Bacaan Lainnya

Dahwirman, Sub Koordinator Kegiatan Pengelolaan Sampah menjelaskan, maggot merupakan ulat yang dapat dibudidayakan untuk mengurangi jumlah sampah yang ada di masyarakat.

Menurutnya, melalui budidaya maggot ini juga dapat menumbuhkan sumber penghasilan baru di tengah masyarakat.

“Budidaya maggot ini sangat penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat dan harapan saya agar aset pemerintah kota yang terbakar di TPA dapat menjadi salah satu fasilitas untuk mengembangkan budidaya maggot ini,” ujarnya.

Menurut Dahwirman, salah satu bentuk pengolahan sampah organik agar dapat dimanfaatkan bisa melalui penanganan zero weste.

Zero waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup, demi mendorong manusia untuk bijak dalam mengkonsumsi, memaksimalkan siklus hidup dan sumber daya, sehingga produk-produk bisa digunakan kembali.

”Sampah rumah tangga diolah menjadi bahan makan maggot, dengan memakan sampah, maggot yang berprotein tinggi dibudidayakan sebagai pakan ternak pengganti konsentrat penunjang nutrisi pada unggas, ikan, burung dan lain sebagainya sehingga dapat mengurangi penimbunan sampah di TPA,” tutupnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *