Tragedi Berdarah di Pesisir Selatan, Kemenakan Bacok Leher Mamaknya Nyaris Putus Gegara Hal Ini

Ilustrasi. (Pixabay)

KITASIAR.com – Peristiwa berdarah terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat. Gegara harta pusaka, kemenakan diduga membunuh mamak sendiri dengan cara yang sadis.

Musriyal, laki-laki usia 58 tahun warga Pasar Ambacang, Kenagarian Barung-Barung Balantai, Kecamatan Koto XI Tarusan yang menjadi korban lehernya dibacok oleh kemenakannya, Dika, 23 tahun.

Afif Maulana, 24 tahun anak dari korban menyampaikan bahwa peristiwa berdarah tersebut diketahui dari neneknya, Timahar, 89 tahun, Selasa (24/1/2023) sekitar pukul 21.30 WIB.

Peristiwa itu terjadi di rumah orangtua korban dan disaksikan langsung oleh ibunya sendiri.

Bacaan Lainnya

“Informasi Afif dapatkan dari nenek (ibu korban). Awalnya ayah bertengkar dengan adiknya Ina, perempuan 48 tahun. Cekcok saat itu sekitar pukul 21.20 WIB. Dalam cekcok itu, datanglah si Dika habis pulang memancing anaknya Ina. Lalu, ia juga ikut bertengkar dengan Ayah,” jelas Afif kepada kitasiar.com melalui voice WhatsApp, Rabu (26/1/2023).

Di saat pertengkaran semakin memanas, tiba-tiba pelaku pergi ke dapur mencari benda tajam berupa parang golok.

“Di saat itu, ditemukan golok. Kemudian, membacok leher Ayah. Berlobang. Banyak darahnya, seperti menyembelih ayam,” ucap Afif dengan nada yang sedih.

Saksi mata saat itu, kata Afif adalah neneknya Timahar, 89 tahun dan adik korban, Ina, 48 tahun.

Sementara, dua orang adik pelaku, lanjut Afif hanya mengetahui setelah Ayahnya bersimbah darah.

“Adik pelaku, R, Perempuan 17 tahun saat itu main game di kamar. Dan satunya lagi, baru pulang menembak ikan. Tapi, yang lihat peristiwa itu, Nenek dan adik ayah,” ujarnya.

Dendam Lama Karena Harta Pusaka

Lebih lanjut, Afif menceritakan bahwa terjadinya pembacokan terhadap Ayahnya juga dipicu karena dendam lama karena harta pusaka (ladang).

Sebelum Ayahnya dibacok, adik korban dan anak-anaknya, sambung Afif memang telah menaruh rasa dendam.

“Jadi, ketika Ayah panen durian di ladang dan banyak rezeki. Adik dan kemenakannya tidak diberi. Disitu awalnya. Jadi, mereka tidak suka melihat Ayah,” ulasnya.

Kejadian sebelumnya, pelaku sebut Afif juga pernah bertengkar dengan Angku (adik ibu korban) Ujang, laki-laki 77 tahun.

“Saat itu, pelaku ambil buah rambutan, dan Angku marah. Lalu, pelaku bertengkar dan memukul Angku. Dan Ayah saat itu di ladang mencoba untuk melerai. Dan pelaku memberikan kata ancaman, bahwa pelaku akan membunuh mereka jika sudah besar (dewasa),” katanya.

Ternyata, peristiwa demi peristiwa yang terjadi sebelumnya, menjadi dendam yang kuat. Tak berapa lama waktu kejadian itu, kampan atau pondok untuk pengolahan getah gambir di ladang korban dibakar.

“Waktu itu, Ayah saya tetap sabar dan ikhlas saja dan tidak mempermasalahkan karena juga sudah tahu siapa pelakunya,” tuturnya.

Afif tak menyangka kalau kemenakan dari Ayahnya telah berbuat hal yang sekeji itu. Akibat pembacokan, leher korban nyaris putus. Jumlah jahitan di leher sebelum dimakamkan lebih dari 300 jahitan. Pada bagian, pipi juga ada luka-luka.

Atas kejadian itu, Afif maulana melapor ke pihak yang berwajib. Afif melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Polsek Koto XI Tarusan dengan laporan polisi nomor : LP/B/02/1/SPKT-C/Polsek Koto XI Tarusan/Polres Pessel/Polda Sumbar/ tertanggal 25 Januari.

“Saat ini, pelaku lagi diburu. Tapi, hasilnya masih nihil,” tutupnya. (nik)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *