KITASIAR.com – Ratusan guru penggerak di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat diminta untuk dapat menularkan ilmunya kepada guru lain.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesisir Selatan, Salim Muhaimin menjelaskan guru penggerak membawa peran penting terhadap transformasi kepemimpinan pembelajaran.
Diketahui, guru penggerak merupakan salah satu program dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Harapannya, dengan peran guru penggerak dapat menjadi katalis perubahan pendidikan di daerah.
“Jadi, ini sebenarnya yang ditransformasi itu adalah kepemimpinan pembelajaran. Guru penggerak itu bekerja pada level-level tindakan baik untuk mengelola peserta didik dalam hal pembelajaran,” jelas Salim kepada kitasiar.com, Selasa (22/3/2022) di Painan.
Dia menerangkan pembelajaran saat ini sudah berbasis digitalisasi dengan mengaktifkan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Semuanya sudah berada dalam satu kesatuan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing.
Dia menyebutkan model pembelajaran terkini itu tidak lagi menekankan pada pemberian pengetahuan. Tetapi, orientasinya lebih kepada proses yang berpusat kepada peserta didik.
Lanjut dia, sebelumnya model penilaian pembelajaran yang dilakukan adalah berbasis penilaian summatif, atau lebih bersifat menghukum.
Kata Salim, saat siswa mendapatkan nilai yang tidak lulus Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), maka itu sudah bisa dikatakan menghukum siswa itu sendiri.
Lain hal dengan model pembelajaran yang merdeka yang dilakukan guru penggerak nanti. Ke depan model penilaian pembelajaran peserta didik berbasis formatif. Artinya berbasis proses dan bersifat mendukung.
Sekarang dengan transformasi pembelajaran, kata Salim kurikulum itu diatur oleh sekolah yang berbasis kebutuhan perserta didik atau pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa tersebut.
“Jadi, maksudnya, anak itu berdasar kudrat atau potensi awalnya. Kalau kecepatan anak rendah, maka tidak boleh kita paksakan,” ulasnya.
Salim menuturkan bahwa pembelajaran yang digerakkan saat ini adalah merdeka belajar. Terdapat tiga aspek yang tergabung dalam satu kesatuan, yaitu meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
“Merdeka, masukdnya bukan berati bebas. Merdeka dalam artian anak itu berdasarkan kudratnya kita olah, dan guru menyajikan bukan atas beban-beban kompetensi dasar (KD),” ulasnya.
Dikatakan, guru itu menyajikan pembelajaran berdasarkan kebutuhan anak. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru penggerak untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan anak pada tiap bidang pembelajaran.
“Jadi, kawan-kawan guru penggerak punya teknik mengelola seperti yang disebutkan tadi, berbasis kebutuhan, potensi dan melakukan budaya positif, misalnya, ada siswa bermasalah, selama ini mungkin ada siswa yang bermasalah, tapi masalahnya yang diperbesar. Tapi dengan pola guru penggerak nanti, kesalahan itu yang dieksplor dengan mencari latar belakang yang membuat masalah itu terjadi,” katanya.
Untuk itu, terang Salim peran guru penggerak sangat berarti dalam meningkatkan kemampuan anak sesuai minat dan potensi.
Berdasar data yang disampaikan saat ini terdapat 110 guru penggerak yang berada di tingkat PAUD, SD dan SLTP. Mereka mengikuti pelatihan selama 9 bulan dengan pemateri yang ahli di bidangnya.
Selain guru penggerak, juga terdapat kepala sekolah penggerak tingkat PAUD 4 orang, SD sebanyak 19 orang dan kepala sekolah penggerak SLTP 4 orang. Kemudian, untuk pengajar praktik jumlahnya sebanyak 13 orang.
“Nah, dengan guru penggerak ini, nantinya ilmu yang mereka dapatkan selama pelatihan dapat ditularkan kepada rekan-rekan guru lainnya,” tutupnya. (nik/ksr)