KITASIAR.com — HIV selama ini identik dengan orang dewasa, namun kenyataannya ribuan anak di Indonesia juga hidup dengan virus tersebut. Hingga Juni 2025, terdapat 10.533 anak dengan HIV (ADHIV) dari total 353.694 orang yang mengetahui statusnya. Data yang disampaikan melalui laman Kemenkes ini menegaskan bahwa HIV pada anak merupakan persoalan kesehatan yang memerlukan perhatian serius.
Ribuan Anak Terinfeksi di Berbagai Kelompok Usia
Distribusi usia anak dengan HIV menunjukkan bahwa penularan terjadi sejak usia sangat dini hingga remaja:
- Usia ≤ 4 tahun: 1.395 anak (13,2%)
- Usia 5–12 tahun: 4.162 anak (39,5%)
- Usia 13–15 tahun: 1.664 anak (15,8%)
- Usia 16–18 tahun: 3.312 anak (31,5%)
Data tersebut memperlihatkan bahwa masalah HIV pada anak bukan kasus terpencil, namun sebuah fenomena kesehatan yang melibatkan rentang usia luas.
Cara Penularan HIV pada Anak
Sebagian besar kasus terjadi melalui transmisi vertikal, yaitu penularan dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Meski jarang, penularan juga dapat muncul akibat penggunaan alat suntik tidak steril, tindik, atau tato.
Pada remaja, risiko bisa meningkat akibat minimnya informasi kesehatan reproduksi, perilaku seksual tidak aman, serta potensi eksploitasi dari lingkungan sekitar.
Pencegahan Sejak Dini Sangat Menentukan
Pencegahan penularan HIV pada anak dapat dilakukan melalui berbagai langkah, di antaranya:
- Pemeriksaan HIV pada ibu hamil
- Pemberian ARV bagi ibu hamil yang positif
- Pemilihan prosedur persalinan yang sesuai indikasi medis
- Pemberian profilaksis HIV pada bayi
- Pemberian ASI sesuai ketentuan yang berlaku
Untuk remaja, pencegahan dilakukan melalui edukasi kesehatan reproduksi, pembelajaran keterampilan hidup, dukungan dari keluarga dan sekolah, serta penyediaan layanan konseling dan tes HIV yang aman dan mudah diakses.
Dengan ARV, Anak Dapat Tumbuh Normal dan Sehat
Pengobatan HIV pada anak dapat dilakukan melalui terapi antiretroviral (ARV) yang tersedia gratis di fasilitas kesehatan pemerintah. ARV harus diminum setiap hari seumur hidup untuk menekan jumlah virus. Dengan kepatuhan pengobatan, anak dapat tumbuh sehat, aktif, bersekolah, dan meraih cita-cita seperti anak lainnya.
Dukungan Lingkungan Tanpa Stigma Sangat Dibutuhkan
Salah satu tantangan terbesar bagi anak dengan HIV adalah stigma dan diskriminasi. Banyak dari mereka menghadapi pembatasan sosial, padahal HIV tidak menular melalui aktivitas sehari-hari seperti bermain, berpelukan, atau makan bersama. Anak-anak ini berhak mendapatkan perlindungan, dukungan, dan kesempatan tumbuh tanpa rasa takut maupun tekanan.
Masyarakat memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan penuh empati agar anak dengan HIV dapat hidup layak dan bahagia.
(*/ksr)






