Kajian dan Analisis P2EB FEB UGM : Trend Positif Pertumbuhan Ekonomi Pesisir Selatan, Sektor Perdagangan dan Konstruksi Turut Menambah Kontribusi

KITASIAR.COM- Hasil kajian dan analisis yang dilakukan melalui pihak Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) menggambarkan bahwa Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Provinsi Sumatera Barat menunjukkan trend positif dalam pertumbuhan ekonomi.

Peneliti dari P2EB FEB UGM, Amirullah Setya Hardi mengatakan dari analisis yang dilakukan trend positif tersebut terlihat dari 2010 sampai 2022.

“Kalau kita lihat di 2010 sampai 2022 meningkat trendnya. Jadi, sebagai gambaran PDRB 2010 itu kira-kira di angka 5,9 triliun, kemudian meningkat menjadi hampir 10 triliun di 2022,” jelas Amirullah kepada wartawan, di dampingi langsung oleh Sekretaris Daerah Pesisir Selatan, Mawardi Roska dan Kepala BPKAD, Hellen Hasmeita Sari, Rabu (3/5/2023) di Painan.

Dalam paparannya, meskipun dua tahun terakhir secara keseluruhan dampak Covid-19 memberikan pengaruh di seluruh wilayah Indonesia, namun di Kabupaten Pesisir Selatan terjadi recovery yang begitu cepat. Hal itu kata dia, terbantu oleh struktur ekonomi yang lebih dari 30 persen disumbangkan oleh sektor pertanian.

Bacaan Lainnya

“Dan kalau kita lihat sektor pertanian hampir semuanya merata, baik tanaman pangan, holtikultural, perikanan dan peternakan, saya kira juga memberikan sumbangan cukup bagus. Catatan kami ada 36 % sumbangan dari sektor pertanian di 2022. Kemudian, hal lain yang perlu diperhatikan adalah sudah ada shifting, ada perubahan yang kalau kita lihat dari 2010 sektor pertanian itu sumbangannya kira-kira 41 %, tapi secara lambat laun dia menurun sampai di angka 36 % di 2022” jelasnya.

Ia melanjutkan kondisi yang demikian menunjukkan bahwa ketika sumbangannya menurun berarti kontribusi yang diberikan oleh sektor pertanian itu tidak lagi seperti dulu.

Tentunya itu adalah satu hal yang harus di antisipasi, karena begitu ada shifting sektoral biasanya berupaya mencari sektor mana yang memberikan peningkatan tambahan kontribusi bagi perekonomian di Pesisir Selatan.

Di sisi itu, menurut Amiirullah terdapat sejumlah sektor yang mampu memberikan tambahan kontribusi bagi perekomonian, seperti di sektor perdagangan dan konstruksi.

Pada 2010 sumbangan dari sektor perdagangan hanya 11 % dan di 2022 mulai meningkat menjadi 13%.

“Ini artinya, pertaniannya mulai decline kemudian sektor perdagangannya meningkat. Rupanya, ini mulai ada perubahan dari kegiatan ekonomi yang tadinya mungkin mendasarkan diri pada kegiatan yang sifatnya primer sekarang mungkin mulai ke sekunder, atau mungkin juga ke tersier juga,” ulasnya.

Lalu, jika dilihat dari sektor kegiatan konstruksi, sebut Amirullah sumbangannya juga tidak kecil, meskipun agak relatif stabil tapi ada peningkatan. Ia mengatakan sumbangan sektor konstruksi di 2010 yaitu 8.7 % kemudian meningkat hampir 10 % di 2019, 2020, 2021, dan 2022.

Kondisi itu lanjut dia, menggambarkan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai daerah berkembang.

“Konstruksi itu saya kira juga menjadi salah satu indikasi adanya minat dan daya tarik bagi pelaku ekonomi datang kesini, kalau kita lihat adanya beberapa pilar yang paling penting di dalam pembangunan ekonomi di Pesisir Selatan yaitu sektor pertanian, perdagangan, kontruksi dan satu lagi yang paling penting adanya kontribusi yang tidak kecil dari pemerintah. Anggaran pendapatan belanjanya juga rupanya memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi,” terangnya.

Selanjutnya, jika melihat kontribusi dari sektor administrasi dari pemerintahan, kata dia mengalami penurunan. Artinya, perekonomian ini tidak lagi bergantung kepada pengeluaran pemerintah.

“Jadi, bisa dibayangkan sebuah area yang kalau kontribusi sektor pemerintahannya tinggi itu artinya pengeluaran pemerintah itu yang menjadi penggerak ekonomi disana. Nah, ini tidak, ini mulai menurun kemudian ada peningkatan di sektor perdagangan, konstruksi, dan ada penurunan di sektor pertanian. Saya kira ke depan, Kabupaten Pesisir Selatan mulai ada perubahan menuju ke masyarakat yang mungkin semakin plural,” ungkapnya.

Catatan lain yang disampaikan bahwa perekonomian di Pesisir Selatan sejak 2010 sampai 2022 sekitar 55-60 % lebih. Hal itu didukung oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga.

Perekonomiannya digerakkan oleh kegiatan konsumsi yang dilakukan oleh masyarakatnya sendiri. Artinya produksi dari masyarakat, kemudian nanti dikonsumsi sendiri oleh masyarakat. Dan yang paling penting lagi adalah kegiatan ekonomi masyarakat itu tidak ditopang oleh barang yang berasal dari tempat lain. Buktinya, ekspor barang dan jasa itu sejak tahun 2011 itu positif.

Ia menyebut bahwa barang yang dijual dari Pesisir Selatan ke luar itu lebih besar daripada barang yang dibeli dari luar.

“Ekspor dan impor ya, tapi ekspor impornya itu antar daerah. Yang kami catat disini adalah tahun 2011, nett ekspor barang dan jasa itu mencapai kira-kira 3,4 triliun. Jadi bisa dibayangkan dikonsumsi kemudian dijual keluar itu nilainya tinggi. Lalu, konsumsinya semakin meningkat dari 3,4 triliun di 2010 menjadi 4,8 triliun di 2020. Ini berarti trendnya meningkat konsumsi,” jelasnya.

“Konsumsi meningkat, dan disini nett eskpor itu masih positif. Hanya saja, nett ekspor itu declining dari 3,4 triliun dan sekarang hanya 723 miliar. artinya apa, ada kemungkinan meskipun kita positif melakukan perdagangan antar wilayah tapi selisihnya itu semakin lama semakin kecil” jelasnya lagi.

Amirullah menegaskan satu hal lain yang paling penting adalah pembentukan modal tetap dalam indikasi investasi. Angka ini meningkat dari 1,7 triliun menjadi 2,8 triliun. Ia berpendapat bahwa Kabupaten Pesisir Selatan menarik perhatian bagi investor-investor baru untuk masuk.

Sehingga ini nanti yang menjadi masa depan di Pesisir Selatan bahwa kegiatan pertanian tetap menjadi dominan, meskipun menurun tapi ditopang di bidang yang lain termasuk industri dan perdagangan.

“Nah kalau ini sudah kumpul semua, saya kira kita melihat ada sesuatu yang positif di masa ayang akan datang. Ini juga senada dengan pertumbuhan ekonomi yang ada. Dari 2011 sampai 2019 kalau kita hitung yang kami ambil dari BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi ada di angka kira-kira 5 % . Kemudian kontraksi terjadi di tahun 2020 sebesar 1,1% negatif berarti ya. Lalu, secara mengejutkan pertumbuhan ekonomi Pessel ini meningkat cukup baik 3% lebih di 2021 dan 4% lebih di 2022. Ini juga menggambarkan tahun depan mudah-mudahan pertumbuhan ekonomi yang dicatat juga mencapai angka yang sama sebelum Covid-19, mungkin kisarannya 5 % atau 6 %,” tutupnya. (niko)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *